G-Spot : Mitos Atau Fakta ? - Mitos dalam seksualitas manusia kerap menjadi perdebatan hangat, bukan hanya yang menyangkut anatomi pria namun juga wanita. Dan, paling mengundang perdebatan pada kaum hawa adalah apakah G-Spot memang ada?
Dilansir dari WebMD, G-Spot diidentifikasi seorang dokter Jerman, Ernst Grafenberg, yang pertama kali menulis zona sensitif seksual di dinding anterior vagina. G-Spot semakin populer setelah sebuah buku menyebut G-Spot adalah daerah di belakang tulang kemaluan dan sering disebut sebagai pemicu orgasme klitoris dan katalis bagi wanita untuk mencapai ejakulasi.
Namun, disaat bersamaan, G-Spot umumnya menjadi bahan untuk berlindung dari mitos yang diusung Sigmund Freud, yaitu orgasme klitoris merupakan klimaks yang lebih rendah daripada orgasme vagina, yang memerlukan penetrasi penis.
"Dalam pandangan Freud, dua hal ini tak ada. Jika seorang wanita tidak bisa puas dengan seks penetratif, pasti ada yang salah dengannya," ungkap pakar hubungan seks, Ian Kerner.
Seorang pakar urologi, Ira Sharlip mengatakan, secara anatomi G-Spot tak ada. "Saya tidak berpikir G-Spot ada. Kami beroperasi di daerah dimana G-Spot harusnya ada. Tapi tidak ada struktur anatomis apapun disana."
Namun beberapa ahli mengatakan, daerah sensitif seks ini benar-benar ada. "G-Spot ada," kata Seth Prosterman. "Ini adalah sumber orgasme yang kuat bagi sebagian wanita."
Prosterman beberapa ilmuwan menekankan G-Spot kemungkinan adalah perpanjangan dari anatomi klitoris yang meluas ke saluran vagina. Kerner menulis, bahwa G-Spot mungkin tidak lebih dari akar klitoris yang berada di spons uretra.
Helen O'Connell, MD, kepala Neoroloh dan unit kontinensia di Royal Melbourne Hospital Australia, mengatakan, "G-Spot memiliki banyak kesamaan dengan gagasan Freud tentang orgasme vagina. Ini adalah konsep seksual, anatomi ini menghasilkan kesimpulan dan kesalahfahaman bahwa seksualitas wanita sangat kompleks."
O'Connell, yang juga penulis Jurnal Urologi 2005 tentang anatomi klitoris, mengatakan, fokus pada G-Spot dengan mengesampingkan seluruh tubuh wanita adalah seperti merangsang testis pria tanpa menyentuh penis serta mengharapkan orgasme hanya dari adanya cinta.
Dia menekankan bahwa hanya berfokus pada bagian dalam vagina dan mengesampingkan klitoris sangat tidak mungkin mencipta orgasme. "Tidak mungkin untuk memikirkan adanya orgasme tanpa menyertakan uretra, klitoris dan vagina sebagai satu unit karena semuanya berkaitan erat."
Dilansir dari WebMD, G-Spot diidentifikasi seorang dokter Jerman, Ernst Grafenberg, yang pertama kali menulis zona sensitif seksual di dinding anterior vagina. G-Spot semakin populer setelah sebuah buku menyebut G-Spot adalah daerah di belakang tulang kemaluan dan sering disebut sebagai pemicu orgasme klitoris dan katalis bagi wanita untuk mencapai ejakulasi.
Namun, disaat bersamaan, G-Spot umumnya menjadi bahan untuk berlindung dari mitos yang diusung Sigmund Freud, yaitu orgasme klitoris merupakan klimaks yang lebih rendah daripada orgasme vagina, yang memerlukan penetrasi penis.
"Dalam pandangan Freud, dua hal ini tak ada. Jika seorang wanita tidak bisa puas dengan seks penetratif, pasti ada yang salah dengannya," ungkap pakar hubungan seks, Ian Kerner.
Seorang pakar urologi, Ira Sharlip mengatakan, secara anatomi G-Spot tak ada. "Saya tidak berpikir G-Spot ada. Kami beroperasi di daerah dimana G-Spot harusnya ada. Tapi tidak ada struktur anatomis apapun disana."
Namun beberapa ahli mengatakan, daerah sensitif seks ini benar-benar ada. "G-Spot ada," kata Seth Prosterman. "Ini adalah sumber orgasme yang kuat bagi sebagian wanita."
Prosterman beberapa ilmuwan menekankan G-Spot kemungkinan adalah perpanjangan dari anatomi klitoris yang meluas ke saluran vagina. Kerner menulis, bahwa G-Spot mungkin tidak lebih dari akar klitoris yang berada di spons uretra.
Helen O'Connell, MD, kepala Neoroloh dan unit kontinensia di Royal Melbourne Hospital Australia, mengatakan, "G-Spot memiliki banyak kesamaan dengan gagasan Freud tentang orgasme vagina. Ini adalah konsep seksual, anatomi ini menghasilkan kesimpulan dan kesalahfahaman bahwa seksualitas wanita sangat kompleks."
O'Connell, yang juga penulis Jurnal Urologi 2005 tentang anatomi klitoris, mengatakan, fokus pada G-Spot dengan mengesampingkan seluruh tubuh wanita adalah seperti merangsang testis pria tanpa menyentuh penis serta mengharapkan orgasme hanya dari adanya cinta.
Dia menekankan bahwa hanya berfokus pada bagian dalam vagina dan mengesampingkan klitoris sangat tidak mungkin mencipta orgasme. "Tidak mungkin untuk memikirkan adanya orgasme tanpa menyertakan uretra, klitoris dan vagina sebagai satu unit karena semuanya berkaitan erat."
• VIVAnews
Share It !
Give Me Your Comment While You Are Signing In FB :)
0 komentar:
Posting Komentar